Kamis, 29 Desember 2011

MENGENAL SURURIYYAH LEBIH DEKAT

Sururiyyah adalah sebuah kelompok yang dinisbatkan kepada Muhammad bin Surur bin Nayif Zainal 'Abidin. Dia adalah seorang yang besar dikalangan Ikhwanul Muslimin yang berada di Syria. Muhammad bin Surur sangat taqlid kepada firqah Ikhwanul Muslimin.

Pada tahun 1969, kelompok Ikhwanul Muslimin di Syria terpecah belah. Ini disebabkan oleh dasar pemikiran mereka. Kelompok Ikhwanul Muslimin di Halab dan Hamah cenderung kepada pemikiran Shufi, maka mereka dengan pemimpinnya 'Abdul Fattah Abu Ghuddah memilih untuk sealiran dengan Hasan al-Banna. Sedangkan, sebagian jama'ah yang berada di Damaskus lebih cenderung kepada pemikiran Sayyid Quthub, dimana Muhammad bin Surur masuk ke dalam kelompok ini dibawah kepemimpinan 'Isham bin Aththar.

Kemudian, Muhammad bin Surur pindah ke Saudi Arabia untuk bekerja dan dia mulai giat menyebarkan pemikiran Sayyid Quthub, khususnya di daerah Qashim. Dari situ dia mampu menarik banyak massa sehingga dia mendirikan Jam'iyyah Hizbiyyah di bawah kedok organisasi sosial. Lalu dia pindah ke Kuwait dan disana dia bergabung dengan Sayyid 'Ied -salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin yang pernah juga dipenjara bersama dengan Sayyid Quthub- tetapi kemudian mereka berpisah dan mendirikan jama'ah sendiri-sendiri. Kemudian Muhammad bin Surur bekerja sama dengan Syaikh Hasan Ayyub dan Ghazi Taubah, yang mana keduanya merupakan tokoh Ikhwanul Muslimin juga. Tapi belakangan, mereka berpisah dan membuat jama'ah-jama'ah baru dan saling mencela satu sama lain juga saling mensifati dengan kedustaan dan kemunafikan...!!!

Muhammad bin Surur kemudian pindah ke London dan mendirikan al-Muntada al-Islami bersama dengan orang kepercayaannya, Abu Anas Muhammad al-Abdah serta pengikutnya dari orang-orang Saudi dan menerbitkan majalah al-Bayan kemudian majalah as-Sunnah. Dan dari penjelasan diatas, maka kita mengetahui bahwa Muhammad bin Surur sebenarnya adalah pengikut Ikhwanul Muslimin sekaligus pengikut Sayyid Quthub.

Muhammad bin Surur semakin gencar menyebarkan pemikiran Quthbiyyah (Sayyid Quthub) dengan nama Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ahAs-Salafiyyah at-Tajdidiyyah (Salafiyyah Reformis), As-Salafiyyah al-Ishlahiyyah (Salafiyyah Perbaikan), dan As-Salafiyyah asy-Syar'iyyah (Salafiyyah Syar'iyyah). Dan kenyataan ini berpengaruh besar pada fenomena tertipunya para pemuda Muslm yang pernah belajar tentang dakwah Salafiyyah untuk bergabung dengan kelompok yang dikenal dengan nama Sururiyyah setelah terjadinya Perang Teluk kedua.

Namun Muhammad bin Surur mengingkari eksistensi Sururiyyah dan beralasan bahwa itu semua adalah rekayasa musuh-musuhnya. Yang harus diketahui dalam hal ini adalah bahwa tdak ada celaan terhadap para Ulama yang menggunakan nama Sururiyyah untuk menamai kelompok Muhammad bin Surur, karena semua kelompok bid'ah disandarkan penamaannya kepada pencetusnya. Adapun pengingkaran Muhammad bin Surur itu adalah dusta belaka, sebagaimana yang telah diakuinya kepada Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah. Dan seorang pengikutnya juga telah membenarkan pengakuan Muhammad bin Surur itu, yaitu 'Isham Barqawi, seorang takfiri yang memiliki nama lain Abu Muhammad al-Maqdisi.Muhammad bin Surur pun pernah mengakui fakta itu kepada Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali hafizhahullah ketika dia berkunjung ke Yordania pada tahun 1983. Saat itu dia hendak mencetak bukunya yang berjudul "Wa Jaa'a Daurul Majuus" melalui seorang wasilah (perantara) yang bernama Nizham Sakajeha, pemilik penerbit al-Maktabah al-Islamiyyah. Dan dari pertemuan yang difasilitasi oleh Nizham Sakajeha, Syaikh Salim mengetahui tentang rencana jahat Abu 'Isham Muhammad bin Surur untuk memecah belah dakwah Salafiyyah.

Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua untuk menepati kebenaran dan menetapi kesabaran untuk meniti jalan Sunnah. Dan semoga Allah menjauhkan kita semua dari syubhat dan was-was syaithan yang mengalir didalam darah manusia.
Kebenaran telah jelas dan kebathilan pula telah jelas, keduanya tidak akan bersatu selama-lamanya. Adapun syubhat, maka dia adalah tipu muslihat syaithan yang membinasakan.
Allahul musta'aan...


***
Maraji':
1. Al-Ajwibah Al-Mufiidah 'an As-As'ilah Al-Manaahiji Al-Jadiidah, karya Syakh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, cetakan Darul Minhaj, th. 1424 H
2. Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa'rifuuhaa, karya Syaikh Abu Ibrahim bin Sulthan al-Adnani, cetakan th. 1416 H
3. Al-Maqaalaah As-Salafiyyah fii Al-'Aqiidati wa Al-Manhaj wa Al-Waaqi', karya Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, (pdf)
4. Madaarikun Nazhar fii As-Siyaasah baina Ath-Tathbiiqaat Asy-Syar'iyyah wa Al-Infi'aalaat Al-Hamasiyah, karya Syaikh 'Abdul Malik bin Ahmad bin al-Mubarak Ramadhani al-Jaza'iri, cetakan Maktabah al-Furqan, th. 1422 H
5. Ru'yah Waaqi'iyyah fii Al-Manaahiji Ad-Da'wiyyah, karya Syaikh 'Ali bin Hasan bin 'Ali bin 'Abdul Hamid al-Halabi al-Atsari, cetakan Darul Manar, th. 1412 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar