Sang istri menjawab,
“Tidak, rumah untuk kamu. Kamu sangat capai untuk membangunnya. Aku akan
berusaha untuk melakukan aktifitas bersama istri saudaraku dan hidup
bersamanya”.
Suami menjawab, “ kalau begitu ambil perabotannya.”
Istri berkata, “Tidak, kamu lebih membutuhkannya daripada diriku. Rumah saudaraku sudah lengkap.”
Suaminya menjawab, “Kalau demikian terimalah uang ini”.
Si istri menolak, “Aku punya pekerjaan yang masuk akal. Aku tidak butuh kepada harta. Kamu lebih membutuhkannya”.
Ketika sang istri menyiapkan tasnya untuk
meninggalkan rumah, tiba-tiba suami mengaduh dengan penuh sesalnya; dan
bertanya kepadanya, “kalau demikian kenapa
harus cerai?! Karena tidak ada kecocokan?! Karena aku tidak bisa
memahamimu dan kamu tidak bisa memahamiku?! Perkataan macam apa ini?!!
Apakah tidak cukup bagi suami istri, bahwa masing-masing sangat perhatian terhadap kamaslahatan yang lainnya?!
Apakah harus dengan kecintaan yang sangat dan kecocokan yang sempurna?!
Apakah dengan terjadinya beberapa perselisihan di antara kita berarti kegagalan bagi hubunngan kita?!
Bagaimana dikatakan
gagal, padahal masing-masing kita senang untuk memuliakan pasangan
hidupnya dan lebih mengutamakannya daripada dirinya sendiri?!
Bukankah timbal balik dalam memuliakan itu lebih penting daripada cinta yang bergelora?!”
Sang istri tidak berkata sepatah pun…Dan tidak terjadi perceraian…Keduanya masih menjadi sepasang suami istri hingga sekarang…
Kisah yang mengesankan ini menjelaskan sejauh mana
permenungan, kelembutan dan tidak tergesa-gesa bisa menjadi sebab
langgengnya ikatan perkawinan antara suami istri yang masing-masing
berpikir bahwa pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya jauh dari
pasangannya. Tatkala salah satunya membuka hati untuk pasangannya,
ternyata jarakny dekat sekali.
Bertanyalah pada diri kita; apakah kita telah
menggunakan cara ini sebagai metode dalam rumah tangga kita?! Banyak
merenung ketika terjadi masalah, membuka hati untuk bisa menguasainya
dan bersikap lapang dada untuk mengobatinya.
Kalau kita laksanakan masalah ini, niscaya akan hancur banyak masalah dan akan datang setelahnya kemesraan dan kebahagiaan.
Sumber: dikutip dari buku “HARMONIS Idaman
Setiap Keluarga & Tips Meredam Perselisihan”, Penulis Asy-Syaikh
Salim Al-’Ajmi, DR. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Penerjemah Abu Nizar
Arif Mufid. MF., Abu Muqbil Akhmad Yuswaji, Penerjemah: Pustaka
Salafiyah
aneh juga ya saling lempar harta..
BalasHapusbeda kalo sekarang.. harus dapat ntu harta. :D
kalo sempat mampir http://fs-galery.blogspot.com/